May 28, 2017

Zero Waste Life

Pernah dengar Zero Waste? Ini adalah adik bungsu Handmade dan Recycle, Reduce, and Reuse. Lahir dari ayah Do It Yourself dan Ibu Handicraft, ketiga saudara ini hidup dengan menjalankan petuah orang tua mereka untuk tidak pernah mengkhianati nilai-nilai keluarga; melakukan dan mengolah segalanya sendiri.
Gambar diambil di sini.
Zero Waste sendiri, sebagai anggota keluarga yang paling muda, lahir di zaman ketika Ayah, Ibu, dan kakak-kakaknya sudah begitu mapan sebagai sebuah gaya hidup. Seperti banyaknya anak-anak yang lahir dengan melihat contoh generasi sebelumnya, tidak hanya satu tapi beberapa generasi, mereka selalu belajar sesuatu dari bentuk kemapanan yang lahir sebelum mereka.

Dengan jiwa muda dan hasrat pembaharuan, Zero Waste tumbuh besar dengan ide yang berkembang dari apa yang telah diperjuangkan anggota keluarganya. Berbeda dengan Kakak Sulungnya, Handmade, yang menolak gaya hidup industri besar yang kadang mempekerjakan anak-anak di bawah umur atau menggaji karyawannya dengan tidak adil atas porsi dan jam kerja, atau si anak tengah yang selalu berusaha memperpanjang fungsi dari sesuatu dengan mendaur ulang dan memanfaatkan kembali, Zero Waste mengambil langkah yang lebih ekstrem: mengontrol sepenuhnya kesadaran akan sampah yang dihasilkan. Menekan jumlah sampah hingga di titik terendah: zero!

Bagaimana melakukan Zero Waste Life ini?

RnC menemukan video yang diunggah TED Talk di Youtube. Perbincangan mengenai Zero Waste Life yang dibawakan Lauren Singer, Penulis di Blog Trash is for Tossers, yang menjadi awal pengenalan RnC terhadap Zero Waste Lifestyle. RnC mengutip langkah-langkah yang dijabarkan Lauren ketika dia memulai petualangannya bersama Zero Waste. Untuk mengerti sesuatu, ada baiknya mencoba memahami bagaimana cara ia bekerja. Dan di video ini, Lauren menjelaskan dengan sangat rapi mengenai langkah-langkah yang dia lakukan untuk menghasilkan sampah hanya dalam satu stoples kecil.

Apa saja cara-cara itu?
  • Berhenti membeli makanan berkemasan.
Lauren menjelaskan, ini tahapan pertama semenjak memutuskan untuk menjalankan gaya hidup si anak Bungsu Ibu Handicraft, adalah membawa wadah atau stoplesnya sendiri setiap kali dia ingin berbelanja. Dia juga berhenti berbelanja di supermarket, karena iya, semua yang dibeli di sana harus menggunakan pembungkus. Sebagai gantinya, dia berbelanja di pasar tradisional dengan tentu saja menyimpan semua belanjaannya di tas belanja yang dia bawa dari rumah. Jiwa sang Ayah agak kental di sini dengan sedikit perubahan: Bring It Yourself (it dibaca: kantung belanjaan).
  • Membuat produk sendiri.
Ini mungkin agak sedikit sulit dibandingkan memilih mengganti tempat berbelanja sayuran. Lauren bercerita, ketika produk-produk kecantikan dan kebersihan yang dia gunakan mulai habis, dia segera mencari cara bagaimana membuat produk yang dia butuhkan. Ini dilakukannya secara bertahap sampai akhirnya semua yang dia gunakan adalah produk yang dia buat sendiri. Kakak Sulung sepertinya sangat berpengaruh di tahap ini: handmade is how it made.

Oh, masker dari buah-buahan, sayuran, dan rempah-rempah bisa jadi langkah awal!
  • Membeli barang-barang bekas.
Berhenti membelanjakan uang di toko-toko berlampu-lampu mengkilap dengan manekin yang memajang garmen tercantik di sana. Lauren berpendapat, bahwa dengan berhenti membeli barang-barang baru, artinya dia tidak sedang menciptakan calon-calon sampah baru. Kakak kedua, Recycle and Reuse mengambil bagian dari perluasan ide ini bagi Zero Waste.
  • Membuang yang tidak diperlukan.
"I focus on having only the things truly necessary that I really needed”. Menurut pengakuan Lauren, ini adalah proses yang sulit, karena dia memiliki ikatan emosional dengan barang-barang yang dia miliki. Duh, barang-barang berharga hadiah wisuda dari teman teman, dan hadiah hari jadi dari kekasih hati, sepertinya kita bisa paham keterikatan secara emosional pada barang-barang seperti yang dirasakan Lauren. Tapi dia mengaku, setelah selesai di tahap ini, dia merasa jauh lebih menghargai apa yang dia miliki. Ini mirip dengan si Minimalist, gaya hidup ala Zen, sepupu satu kali Zero Waste.
Itu adalah cara-cara yang dilakukan oleh Lauren Singer, bukan cara satu-satunya tapi menurut RnC sebagai langkah awal untuk mencoba sudah cukup membantu.

Mungkin secara keseluruhan, Zero Waste memang terdengar seperti pilihan yang ekstrem. Tapi dengan adanya adaptasi-adaptasi yang dilakukan dengan melonggarkan beberapa bagian tertentu seperti pilihan yang ditawarkan Lauren sendiri, ketika dia membuka peluang bagi orang-orang yang tertarik untuk menjalani gaya hidup yang sama, namun terkendala di masalah mereka tidak punya cukup waktu untuk membuat produk mereka sendiri, dengan menjual produk buatannya dalam memenuhi tahap kedua di perjalanannya memulai Zero Waste Life, ke-ekstrem-an Zero Waste mungkin hanya butuh penyesuaian-penyesuaian. Ekstrem tidak selalu berarti tidak mungkin.

Begitulah cara Zero Waste menjalankan hidupnya. Banyak mendapat pengaruh dari Ayah dan Ibu, juga kakak-kakaknya membuat dia mampu menghadirkan sebuah pilihan lain. Sebuah pilihan yang tidak hanya butuh niat tapi juga tekad mengingat satu barang bisa dibungkus dua lapis: kemasannya lalu kantung plastik supaya mudah dibawa pulang, yang kalau dihitung setelah jadi sampah tidak akan cukup semua jari kaki dan tangan, kanan dan kiri semua orang didunia dijadikan alat hitungnya.

Jiwa Zero Waste bisa jadi seperti yang diungkapkan di sebuah video TED Talk dengan topik serupa yang dibawakan oleh Bea Johnson, mengatakan, “Zero Waste is not recycling more, but recycling less”.

RnC tetap percaya bahwa Recycling masih mampu menjadi solusi atas siklus sampah yang tidak sehat bagi lingkungan. Tujuan RnC pun masih sama: menyelamatkan bumi bukan hanya dengan mengulang-ulang slogan, tapi melakukan tindakan. Dengan Zero Waste, Recycle, Reduce, and Reuse, atau Handmade, bahkan Minimalist sekalipun, ketika tujuannya adalah menjaga lingkungan, berarti kita memperjuangkan hal yang sama.

Dimanapun kalian berada.


Peluk Hangat,
Recycle and Craft

No comments:

Post a Comment