Pernah dengar Zero
Waste? Ini adalah adik bungsu Handmade dan Recycle, Reduce, and
Reuse.
Lahir dari ayah Do It Yourself dan Ibu Handicraft, ketiga saudara ini
hidup dengan menjalankan petuah orang tua mereka untuk tidak pernah
mengkhianati nilai-nilai keluarga; melakukan dan mengolah segalanya sendiri.
Zero Waste sendiri,
sebagai anggota keluarga yang paling muda, lahir di zaman ketika Ayah, Ibu, dan
kakak-kakaknya sudah begitu mapan sebagai sebuah gaya hidup. Seperti banyaknya
anak-anak yang lahir dengan melihat contoh generasi sebelumnya, tidak hanya
satu tapi beberapa generasi, mereka selalu belajar sesuatu dari bentuk
kemapanan yang lahir sebelum mereka.
Gambar diambil di sini. |
Dengan jiwa muda dan
hasrat pembaharuan, Zero Waste tumbuh besar dengan ide
yang berkembang dari apa yang telah diperjuangkan anggota keluarganya. Berbeda
dengan Kakak Sulungnya, Handmade, yang menolak gaya hidup industri besar yang
kadang mempekerjakan anak-anak di bawah umur atau menggaji karyawannya dengan
tidak adil atas porsi dan jam kerja, atau si anak tengah yang selalu berusaha
memperpanjang fungsi dari sesuatu dengan mendaur ulang dan memanfaatkan
kembali, Zero Waste mengambil langkah yang
lebih ekstrem: mengontrol sepenuhnya kesadaran akan sampah yang dihasilkan.
Menekan jumlah sampah hingga di titik terendah: zero!
Bagaimana melakukan Zero Waste Life ini?
RnC menemukan video yang
diunggah TED Talk di Youtube. Perbincangan
mengenai Zero Waste Life yang dibawakan Lauren
Singer, Penulis di Blog Trash is for Tossers, yang menjadi awal pengenalan RnC terhadap Zero Waste Lifestyle. RnC mengutip
langkah-langkah yang dijabarkan Lauren ketika dia memulai petualangannya
bersama Zero Waste. Untuk mengerti sesuatu, ada baiknya mencoba
memahami bagaimana cara ia bekerja. Dan di video ini, Lauren menjelaskan dengan
sangat rapi mengenai langkah-langkah yang dia lakukan untuk menghasilkan sampah
hanya dalam satu stoples kecil.
Apa
saja cara-cara itu?
- Berhenti membeli makanan berkemasan.
- Membuat produk sendiri.
Oh, masker dari buah-buahan, sayuran, dan rempah-rempah bisa jadi langkah awal!
- Membeli barang-barang bekas.
- Membuang yang tidak diperlukan.
Mungkin secara
keseluruhan, Zero Waste memang terdengar seperti
pilihan yang ekstrem. Tapi dengan adanya adaptasi-adaptasi yang dilakukan
dengan melonggarkan beberapa bagian tertentu seperti pilihan yang ditawarkan
Lauren sendiri, ketika dia membuka peluang bagi orang-orang yang tertarik untuk
menjalani gaya hidup yang sama, namun terkendala di masalah mereka tidak punya
cukup waktu untuk membuat produk mereka sendiri, dengan menjual produk
buatannya dalam memenuhi tahap kedua di perjalanannya memulai Zero Waste Life, ke-ekstrem-an Zero Waste mungkin hanya butuh
penyesuaian-penyesuaian. Ekstrem tidak selalu berarti tidak mungkin.
Begitulah cara Zero Waste menjalankan hidupnya.
Banyak mendapat pengaruh dari Ayah dan Ibu, juga kakak-kakaknya membuat dia
mampu menghadirkan sebuah pilihan lain. Sebuah pilihan yang tidak hanya butuh
niat tapi juga tekad mengingat satu barang bisa dibungkus dua lapis: kemasannya
lalu kantung plastik supaya mudah dibawa pulang, yang kalau dihitung setelah
jadi sampah tidak akan cukup semua jari kaki dan tangan, kanan dan kiri semua
orang didunia dijadikan alat hitungnya.
Jiwa
Zero Waste bisa jadi seperti yang diungkapkan di sebuah video TED
Talk dengan
topik serupa yang dibawakan oleh Bea Johnson, mengatakan, “Zero Waste is
not recycling more, but recycling less”.
RnC
tetap percaya bahwa Recycling masih mampu menjadi solusi atas siklus sampah
yang tidak sehat bagi lingkungan. Tujuan
RnC pun masih
sama: menyelamatkan bumi bukan hanya dengan mengulang-ulang slogan, tapi
melakukan tindakan. Dengan Zero
Waste, Recycle, Reduce, and Reuse, atau Handmade,
bahkan Minimalist sekalipun, ketika tujuannya adalah menjaga lingkungan, berarti
kita memperjuangkan hal yang sama.
Dimanapun
kalian berada.
Peluk
Hangat,
Recycle and Craft